Karakteristik media online. Pahami itu, pahami pula cara menulis
beritanya.
Yang
terlintas di benak kita ketika mendengar istilah jurnalisme online adalah situs-situs
berita popular baik lokal maupun internasional: CNN.com, MSN.com, detik.com,
kompas.com dan lainnya. Yang hampir semuanya adalah situs-situs web.
Selama
ini sadar atau tidak kita hanya memahami online dalam artian ditampilkan di
sebuah situs web. Padahal 'online' mencakup berbagai tempat perkara (venue):
web, email, bulletin board system (BBS), IRC, dan lainnya. Tapi tentu bukan
tanpa alasan bahwa kebanyakan jurnalisme online saat ini diselenggarakan di
web.
Dari
sekian venue di Internet, web merupakan venue yang memungkinkan penyelenggara
jurnalisme online untuk menyediakan isi dengan features yang sangat kaya dengan
cara paling gampang. Namun, ini tidak berarti bahwa tak ada venue lain yang
dapat dipakai untuk menyelenggarakan jurnalisme online di Internet.
Jurnalisme
online menjadi berbeda dengan jurnalisme tradisional yang sudah dikenal
sebelumnya (cetak, radio, TV) bukan semata-mata karena dia mengambil venue yang
berbeda; melainkan karena jurnalisme ini dilangsungkan di atas sebuah media
baru yang mempunyai karakteristik yang berbeda -baik dalam format, isi, maupun
mekanisme dan proses hubungan penerbit dengan pengguna/pembacanya.
Karakteristik
jurnalisme online yang paling terasa meski belum tentu disadari adalah
kemudahan bagi penerbit maupun pemirsa untuk membuat peralihan waktu penerbitan
dan pengaksesan. Penerbit online bisa menerbitkan maumpun mengarsip
artikel-artikel untuk dapat dilihat saat ini maupun nanti. Ini sebenarnya dapat
dilakukan oleh jurnalisme tradisional, namun jurnalisme online dimungkinkan
untuk melakukannya dengan lebih mudah dan cepat.
Karakteristik
jurnalisme online yang paling popular adalah sifatnya yang real time. Berita,
kisah-kisah, peristiwa-peristiwa, bisa langsung dipublikasikan pada saat
kejadian sedang berlangsung. Ini barangkali tidak terlalu baru untuk jenis
media tradisional lain seperti TV, radio, telegraf, atau teletype.
Namun
dari sisi penerbit sendiri, mekanisme publikasi real time itu lebih leluasa
-tanpa dikerangkengi oleh periodisasi maupun jadwal penerbitan atau siaran:
kapan saja dan dimana saja selama dia terhubung ke jaringan Internet maka ia
mampu mempublikasikan berita, peristiwa, kisah-kisah saat itu juga. Inilah yang
memungkinkan para pengguna/pembaca untuk mendapatkan informasi mengenai perkembangan
sebuah peristiwa dengan lebih sering dan terbaru.
Menyertakan
unsur-unsur multimedia adalah karakteristik lain jurnalisme online, yang
membuat jurnalisme ini mampu menyajikan bentuk dan isi publikasi yang lebih
kaya ketimbang jurnalisme di media tradisional. Karakteristik ini, terutama
sekali, berlangsung pada jurnalisme yang berjalan di atas web.
Selain
itu, jurnalisme online dapat dengan mudah bersifat interaktif. Dengan
memanfaatkan hyperlink yang terdapat pada web, karya-karya jurnalisme online dapat
menyajikan informasi yang terhubung dengan sumber-sumber lain. Ini berarti,
pengguna/pembaca dapat menikmati informasi secara efisien dan efektif namun
tetap terjaga dan didorong untuk mendapatkan pendalaman dan titik pandang yang
lebih luas bahkan sama sekali berbeda.
Interaktivitas
jurnalisme online tentu bukan hanya didukung oleh kemampuan teknologi Internet
dalam menyediakan hyperlink. Teknologi Internet juga membuka peluang kepada
para jurnalis online untuk menyediakan features yang memungkinkan sajiannya
bersifat customized—tersaji sesuai dengan preferensi masing-masing
pengguna/pembacanya; yang memungkinkan para pengguna/ pembaca berinteraksi
dengan lebih cepat, lebih sering, lebih intens dengan sesama pengguna/pembaca,
narasumber, bahan-bahan berita, dan jurnalisnya sendiri. Ujung-ujungnya,
jurnalisme online mampu membangun hubungan yang partisipatif dengan pemirsanya.
Dari
karakteristik-karakteristik tersebut di atas tersirat bahwa jurnalisme online
membutuhkan penanganan yang berbeda dalam penyelenggaraannya dan dinikmati
dengan cara yang berbeda oleh para pengguna/pemirsanya ketimbang jurnalisme
tradisional.
Dalam
jurnalisme tradisional, tata-tutur informasi misalnya disajikan secara linear
kepada para pembaca/pemirsanya. Pemirsa/pembaca jurnalisme tradisional tidak
bisa tidak harus mengikuti urut-urutan informasi yang telah ditentukan
sebelumnya oleh penerbitnya: Dari kisah satu ke kisah kedua lalu ke kisah
ketiga dan seterusnya -tanpa bisa melakukan lompatan.
Tapi
dalam jurnalisme online, tata-tutur informasi dapat disajikan sedemikian rupa
secara non-linear untuk mengakomodasi 'kebebasan' pengguna/pemirsanya: Anda
dapat mulai menikmati publikasi online dari kisah tearkhir lalu melompat ke
kisah sebelumnya atau ke kisah yang pernah dipublikasi sekian tahun sebelumnya—bahkan
ke sumber informasi yang sama sekali lain di tengah-tengah proses penikmatan
informasi.
Apa
yang disebut 'kebebasan memilih' dalam media online, sebetulnya bukanlah sebuah
kebebasan pilihan yang sejati melaikan ilusi memilih; sebab pada dasarnya
jurnalis atau penerbit online telah terlebih dahulu menentukan opsi-opsinya
(dalam prakteknya dapat berupa rujukan dengan menggunakan hyperlink). Inilah
salah satu aspek yang membuat jurnalisme online dapat menyajikan informasi
lebih kaya ketimbang jurnalisme tradisional.
Sementara
itu, misal yang lain, tampilan akhir dari produk jurnalisme tradisional lebih
banyak ditentukan oleh rancangan dan bahan yang disediakan oleh penerbitnya;
sedangkan pada produk jurnalisme online, perlengkapan (device) dan preferensi
yang diset dan dimiliki oleh penggunalah yang banyak menentukan tampilan akhir
produk sehingga bisa jadi tampilan produk akhir jurnalisme online berbeda-beda
di depan masing-masing pengguna/pemirsanya.
Dan
sampai saat ini, secara fisik, ukuran-ukuran device yang tersedia untuk
mengakses informasi secara masih cukup besar dan tidak nyaman untuk dicangking
ke berbagai tempat. Anda dapat menikmati novel atau koran sambil tiduran,
menonton berita TV sambil leyeh-leyeh di karpet, atau mendengarkan talk show
dari sebuah stasiun radio sambil jalan-jalan dengan pesawat walkman di saku
Anda. Itu semua, pada saat ini, tak dapat dilakukan ketika memirsa karya
jurnalistik online: orang harus duduk di depan komputer atau membaca teks di
layar sempit pesawat selular maupun PDA (personal Data Assistant) yang
mampu-WAP. Meski bukan tidak mungkin di masa depan akan ditemukan device baru
yang akan memberikan kenyaman yang lebih baik untuk memirsa informasi secara
online.
Di luar
device pengguna, jurnalisme online—seperti halnya bentuk-bentuk komunikasi lain
yang memanfaatkan media digital online- berhadapan dengan kondisi infrastruktur
yang tersedia dalam jaringan komputer. Besarnya bandwidth, routing dan kualitas
media jaringan komputer juga merupakan variable yang menentukan kualitas
komunikasi antara device pengguna dengan device penerbit. Di samping sosiologi
pengguna sasaran, faktor-faktor yang saya sebut di atas merupakan beberapa
variable yang harus diperhitungkan dalam mendesain format tampilan maupun isi
serta arsitektur informasi yang akan disajikan.
Referensi:
M Romli, Asep Syamsul. 2012. Jurnalistik Online: Panduan Praktis Mengelola Media Online. Bandung: NUANSA CENDIKIA.
No comments:
Post a Comment